
Saat ini, perkembangan mengenai energi terbarukan sedang mengalami peningkatan di dunia termasuk Indonesia. Menyadari besarnya potensi akan industri kimia berkelanjutan menjadi dasar Teknik Kimia UNPAR mengangkat tema serupa. Pada Sabtu (25/3/2023), Teknik Kimia UNPAR melanjutkan webinar series ke-7 dengan tema Opportunity to Study Abroad Through Renewable Energy: The New Era of Industry. Webinar kali ini menghadirkan Dr. Jenny Novianti M. Soetedjo, S.T., M.Sc selaku Kepala Pusat Studi Konversi Energi Terbarukan dan alumni Teknik Kimia UNPAR, yaitu Michael Gunawan, S.T. selaku GlobH2E Researcher dan PhD Candidate at University of New South Wales.
Renewable Energy

Pada sesi ini, Dr. Jenny selaku pembicara menjelaskan mengenai energi terbarukan. Sumber energi terbagi menjadi dua, yaitu energi terbarukan yang tidak akan habis dan energi tak terbarukan yang dapat habis sewaktu-waktu. Saat ini, dunia sedang berupaya merealisasikan rencana zero emission 2050. Salah satu rencana zero emission 2050 adalah transisi ke sumber energi terbarukan serta elektrifikasi sektor energi dan transportasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kendaraan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Hal ini karena pencemaran NOX terbesar bersumber dari transportasi. NOX merupakan penyumbang utama dalam pembentukan hujan asam. NOX menjadi sangat bahaya karena sifatnya yang ringan sehingga pencemaran udara dapat dengan mudah menyebar. NOX dapat menurunkan kualitas udara hingga wilayah sekitar.
Kebijakan nasional mengenai energi terbarukan, yaitu RUEN (Rencana Umum Energi Nasional). Regulasi tersebut mewajibkan PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk mengganti sumber daya listrik agar bersumber dari energi terbarukan dengan target 23% dari total sumber daya yang digunakan saat ini. Dalam beberapa tahun kedepan, peluang pengembangan energi terbarukan di Indonesia sangat besar.
Hydrogen as A Renewable Energy Storage

Sesi selanjutnya dibawakan oleh Michael Gunawan. Michael mengatakan bahwa “Dalam menghadapi perkembangan industri yang pesat serta ketergantungan akan sumber daya saat ini, kita butuh alternative energy storage yang lebih besar selain baterai”. Konsep alternative energy storage yang sedang dikembangkan adalah tenaga surya. Tenaga surya sebagai energi alternatif, yaitu mengubah energi solar menjadi suatu bahan kimia. Misalnya, proses fotosintesis yang menggunakan cahaya matahari untuk mengubah H2O menjadi H2 dan O2.
Hingga saat ini, sumber energi utama dunia berasal dari bahan bakar fosil. Sayangnya, setiap pembakaran bahan bakar fosil akan menghasilkan CO2 yang dapat menaikkan temperatur bumi. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi gas rumah kaca yang terperangkap di permukaan bumi akan meningkat. Di sisi lain hidrogen akan menghasilkan H2O sebagai hasil oksidasi pembakaran. Oleh karena itu, ilmuwan melihat green hydrogen sebagai solusi untuk sumber energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil. Hidrogen sebagai sumber energi terbarukan akan membentuk siklus dengan air sebagai bahan baku green hydrogen. Air akan melewati proses water splitting untuk menghasilkan H2 dan O2. Kedua senyawa tersebut juga akan terbentuk dari proses fotosintesis tanaman. Sementara itu, hidrogen akan digunakan sebagai bahan bakar, dimana hidrogen tersebut akan teroksidasi menghasilkan H2O.
Perkembangan hidrogen sebagai bahan bakar sudah mulai di berbagai belahan dunia. Salah satu brand yang sudah mulai mengembangkan hidrogen adalah Toyota. Toyota memiliki mobil (FCEV) dengan hidrogen sebagai sumber daya utamanya.
Demikian berakhirnya webinar series 7, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perkembangan energi terbarukan dalam industri kimia. (Hasriana)